Goa Maria Nusakambangan adalah tempat tujuan keduaku dalam liburan Wonosobo-Cilacap-Purwokerto. Awalnya berlibur ke Goa Maria Nusakambangan sama sekali tidak direncanakan karena awalnya kami cuma mau mampir saja di Goa Maria Kaliori. Tapi entah kenapa kami memutuskan pergi ke Goa Maria Nusakambangan walau tanpa informasi yang jelas tentang kondisinya. Sehingga selesai dari Wonosobo di hari pertama pada sore harinya kami langsung menuju Cilacap dengan diiringi hujan deras saat memasuki Cilacap pada malam harinya. Karena kami memutuskan pergi ke Cilacap tanpa rencana maka tentu saja aku belum reservasi hotel. Di tengah hujan deras kami berkeliling kota Cilacap mencari hotel yang kosong, lebih dari 5 hotel yang kami datangi ternyata tidak ada satupun yang memiliki kamar kosong mungkin karena saat itu pas libur 3 hari jadi banyak juga orang yang berlibur. Tetapi untungnya tidak berapa lama kemudian kami bisa menemukan sebuah hotel yang memiliki kamar kosong dan tanpa banyak pikir lagi kami langsung bayar saja karena kondisi badan yang sudah sangat lelah setelah semalam suntuk perjalanan jakarta-wonosobo dan kemudian dari pagi hingga sore berwisata di Dieng.
Pada keesokan harinya, kami memulai perjalanan pada pukul 7 dengan berbekal sedikit informasi dari pegawai hotel tentang bagaimana cara mencapai Goa Maria Nusakambangan. Awalnya kami datang ke Pelabuhan Lomanis untuk menyeberang ke Goa Maria Nusakambangan tetapi sesampainya disana dan bertanya-tanya kepada tukang perahu disana kami mendapat informasi harga sebesar 600 ribu untuk menyeberang pulang pergi dengan waktu tempuh 2 jam sekali jalan. Sempat akan mengurungkan niat untuk berwisata ke Goa Maria Nusakambangan karena harga kapal yang terlalu mahal lalu tanpa sengaja aku entah kenapa mencoba browsing lewat Blackberryku tentang Goa Maria Nusakambangan. Lalu tanpa sengaja aku menemukan nama dan nomor telepon Ibu Yuni, dia adalah ketua paroki Cilacap. Lalu segera aku hubungi handphone dan Ibu Yuni yang kebetulan hari itu juga sedang memberangkatkan rombongan yang berasal dari Jakarta segera meminta kami untuk bergabung lewat dermaga Sleko. Sekitar 15 menit kemudian kami sampai di dermaga Sleko tetapi ternyata perahu yang akan kami tumpangi telah penuh dengan rombongan pengunjung tetapi untungnya lagi disana masih ada sisa satu perahu yang beroperasi hari itu. Akhirnya dengan dibantu oleh Ibu Yuni kami mendapatkan harga sewa perahu 400 ribu untuk pulang pergi dengan penumpang yang hanya kami sekeluarga berlima saja. Perlahan-lahan kapal meninggalkan dermaga membawa kami menuju Goa Maria Nusakambangan melintasi Segara Anakan yang dikanan kirinya dipenuhi oleh tanaman bakau dan beberapa kali kami juga melewati perkampungan penduduk yang terletak di tengah-tengah Segara Anakan dan juga sempat sekilas melihat penjara yang terletak di pulau Nusakambangan.
Setelah dua jam akhirnya kami sampai juga di Desa Klaces dan disinilah kami akan melanjutkan perjalanan menuju Goa Maria Nusakambangan. Dan disini kami juga disambut oleh salah satu mudika yang nantinya juga akan membantu kami dalam perjalanan menuju Goa Maria Nusakambangan. Hujan semalam yang sangat deras juga ikut mengguyur desa Klaces sehingga menyebabkan perkampungan yang terletak di tengah-tengah Segara Anakan ini terendam oleh air hujan. Sesaat kemudian kami segera berjalan kaki menuju Goa Maria Nusakambangan. Awalnya kami masih melintasi jalan yang dipavling blok tapi setelah itu kami harus melewati jalan persawahan yang becek dan licin akibat hujan semalam. Awalnya kami sempat tertarik untuk naik ojek dengan maksud untuk menghemat waktu dan tenaga namun karena ojek yang tersedia tidak cukup jumlahnya untuk kami berlima maka kami memutuskan berjalan kaki saja. Hingga sekitar kurang lebih 500 meter berjalan kaki kami akhirnya benar-benar memutuskan untuk berjalan kaki saja dan merasa beruntung tidak jadi naik ojek karena ternyata medan yang dilewati sangat becek curam dan licin sehingga malah membuat kami takut jika naik ojek. Karena medan yang dilewati buruk sehingga ojek-ojek ini pun sudah dimodif sedemikian rupa dengan menyelubungi ban belakangnya dengan rantai agar tidak licin saat mendaki jalanan yang curam dan becek itu.
Kurang lebih 1 atau 1 jam 30 menit atau mungkin juga sekitar 3-4 km kami berjalan kaki melewati hutan dengan jalan yang curam, becek dan licin sampai juga akhirnya di Goa Maria Nusakambangan. Beberapa pengunjung yang tergabung dalam rombongan juga sempat beberapa kali yang jatuh terpeleset karena licinnya jalan yang kami lalui. Dalam perjalanan untungnya kami juga sempat bertemu beberapa penduduk yang akan berangkat berkebun dan dengan bantuan mereka kami dibuatin tongkat sebagai bantuan untuk menopang tubuh. Sampai di mulut Goa kami beristirahat sejenak di gubug-gubug yang ada di mulut Goa sambil menikmati kelapa muda yang dibawa oleh penduduk setempat. Air kelapa yang segar dan daging buahnya yang meskipun masih muda tapi lumayan tebal membuat energi kami yang habis menjadi sedikit terisi lagi. Lalu kamipun segera masuk ke dalam Goa untuk melihat apa yang tersedia di dalamnya. Beruntung juga karena adanya rombongan yang datang maka kemudian disediakan genset sebagai penerangan selama di dalam goa. Hujan deras semalam juga membuat Goa menjadi becek, licin dan air deras menetes dari langit-langit goa. Yang unik dari Goa Maria Nusakambangan ini meski dinamakan Goa Maria tetapi tidak ada patung Maria. Patung Maria yang ada konon adalah buatan alami dari stalagtit dan stalagmit yang menyatu. Setelah aku menyaksikan secara langsung memang benar adanya stalagtit dan stalagmit yang menyerupai patung maria tetapi sebenarnya itu juga memerlukan sedikit daya imaginasi kita. Tapi setidaknya ada hikmah yang bisa aku dapatkan bahwa jalan untuk mencapai Tuhan memang tidak pernah mudah penuh dengan berbagai rintangan.
Bagi yang berkeinginan untuk mengunjungi Goa Maria Nusakambangan kami sarankan ada baiknya menghubungi Gereja Katholik Cilacap atau bisa juga dengan Ibu Yuni langsung di nomor handphone 0812-272-4540. Karena jika tanpa koordinasi terlebih dahulu dikawatirkan sulit untuk bisa mencapai Goa Maria Nusakambangan. Bisa memang dengan bantuan penduduk lokal Desa Klaces, tetapi dengan bantuan team mudika dari Ibu Yuni terus terang sangat membantu kami untuk bisa menuju kesana, salah satunya dengan makan siang yang kami dapatkan sepulangnya dari Goa Maria Nusakambangan. Hujan deras kembali mendatangi kami dalam perjalanan pulang menuju dermaga Sleko hingga perahu yang kami tumpangi sempat terbawa arus hendak menabrak dinding Segara Anakan sebanyak 3 kali karena angin dan arus yang deras. Tapi beruntung dengan kesigapan tukang perahu kami tepat jam 17.30 perahu sudah bisa merapat kembali di dermaga Sleko. Dengan kondisi tubuh basah oleh peluh dan kotor oleh lumpur kami menyempatkan diri untuk mandi di wc umum di sekitar dermaga sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Teluk Penyu untuk menikmati makan malam seafood di sekitar area 70. (Ge)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar